Medianda
– Sahabat medianda Membahas mengenai hal yang satu ini tentu sangat membuat
manusia antusias, sebab tidak ada manusia didunia ini yang tidak suka dengan
hal ini yakni harta. Semua orang senang dengan yang namanya harta, tidak
terkecuali, siapa pun dia. Allah menghadirkan rasa senang pada manusia terhadap
harta, dalam semua bentuknya.
Allah
menyatakan, “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia, kecintaan terhadap
apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang
bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali
yang baik” (Ali Imran 14).
Kita
juga bisa memperhatikan firman Allah di surat Al-Fajr ayat 20 “watuhibbunal
maalaa hubban jamma” dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.
Sahabat
medianda oleh karena itulah, sungguh banyak orang yang mencintai hartanya
bahkan sampai rela kehilangan teman bahkan keluarga hanya demi meraup pundi
pundi harta semakin banyak. Jika memang seperti itu, hentikan mulai hari ini
dan kenali harta sebagai nikmat sekaligus ujian dari Allah SWT. Sehingga harta
pun seakan koin bengkok yang ditemukan di jalan layaknya sebuah kisah berikut
ini.
Alkisah,
seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan
rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya
morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan
barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok
keluarganya sandang dan pangan.
Anak-anaknya
sudah lama tidak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak
dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak
tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun
akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.
Ketika
laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk
sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. “Uh, hanya
sebuah koin kuno yang sudah bengkok,” gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia
membawa koin itu ke sebuah bank.
“Sebaiknya
koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran.
Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya kekolektor.
Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.
Begitu
senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan
rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa
lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya
karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan
jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul
kayu tersebut dan beranjak pulang.
Di
tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik
bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu.
Kayunya
indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada
pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu.
Terlihat
ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat
menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana
ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam
sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.
Di
tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang
mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu
mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar
dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita
menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian
mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.
Di
pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia
merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu
seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang
itu, lalu kabur.
Istri
si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa
yang terjadi? Engkau baik-baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?”
Lelaki
itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin
bengkok yang kutemukan tadi pagi”.
Sahabat
medianda bila kita sadar kita tidak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam
dalam kepedihan yang berlebihan?
Sebaliknya,
sewajarnya kita bersyukur atas segala karunia hidup yang telah Tuhan berikan
pada kita, karena ketika datang dan pergi kita tidak membawa apa-apa.
Sahabat
medianda seorang mukmin semestinya dapat memandang dan menggunakan harta sesuai
perintah pemilik aslinya , Allah swt. Semoga kesenangan akan kita dapatkan,
bukan hanya di dunia , tapi juga kesenangan dan kebahagiaan di akhirat. Amin.
Wallahu a’lam.
Semoga
bermanfaat.
Sumber:Wajibbaca