Medianda
– Sahabat medianda puasa di bulan
ramadhan merupakan rukun islam yang wajib kita lakukan. Selama satu bulan,
semua orang Islam wajib berpuasa. Setiap ibadah, Allah nilai sesuai dengan yang
diniatkan hamba-Nya.
Nah…
sahabat medianda, karena pentingnya niat dalam suatu ibadah. Maka kita harus
berniat lillahi ta’ala. Bagaimana niat puasa ramadhan sesuai sunnah Nabi
Shallallahu ‘alahi wasallam? Berikut ini penjelasan lengkapnya…
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ
بِالنِّيَّاتِ
“Sesungguhnya
setiap amal itu tergantung dari niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
1.
Niat itu syarat sahnya puasa
Seorang
muslim yang akan melaksanakan puasa wajib, maka wajib berniat puasa sebelum
masuk waktu subuh. Hal ini berdasarkan hadis dari Hafshah radhiallahu ‘anha,
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من لم
يُبَيِّتِ الصيامَ
من الليل
فلا صيامَ
له
“Barangsiapa
yang belum berniat puasa di malam hari (sebelum subuh) maka puasanya batal.”
(HR. An Nasa’i dan dishahihkan Al Albani)
Dalam
riwayat yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ
يُجْمِعِ الصِّيَامَ
قَبْلَ الْفَجْرِ،
فَلَا صِيَامَ
لَهُ
“Barangsiapa
yang belum berniat puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya.” (HR. Abu
Daud, Ibnu khuzaimah, baihaqi)
2.
Niat itu di dalam hati
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,
وَالنِّيَّةُ مَحَلُّهَا
الْقَلْبُ بِاتِّفَاقِ
الْعُلَمَاءِ ؛
فَإِنْ نَوَى
بِقَلْبِهِ وَلَمْ
يَتَكَلَّمْ بِلِسَانِهِ
أَجْزَأَتْهُ النِّيَّةُ
بِاتِّفَاقِهِمْ
“Niat
itu letaknya di hati berdasarkan kesepakatan ulama. Jika seseorang berniat di hatinya
tanpa ia lafazhkan dengan lisannya, maka niatnya sudah dianggap sah berdasarkan
kesepakatan para ulama.” (Majmu’ Al Fatawa)
كُلُّ مَنْ
عَلِمَ أَنَّ
غَدًا مِنْ
رَمَضَانَ وَهُوَ
يُرِيدُ صَوْمَهُ
فَقَدْ نَوَى
صَوْمَهُ سَوَاءٌ
تَلَفَّظَ بِالنِّيَّةِ
أَوْ لَمْ
يَتَلَفَّظْ . وَهَذَا
فِعْلُ عَامَّةِ
الْمُسْلِمِينَ كُلُّهُمْ
يَنْوِي الصِّيَامَ
“Setiap
orang yang tahu bahwa esok hari adalah Ramadhan dan dia ingin berpuasa, maka
secara otomatis dia telah berniat berpuasa. Baik dia lafalkan niatnya maupun tidak
ia ucapkan. Ini adalah perbuatan kaum muslimin secara umum; setiap muslim
berniat untuk berpuasa.” (Majmu’ Fatawa, 6:79)
Dalam
I’anatut Thalibin –salah satu buku rujukan bagi syafiiyah di Indonesia–, Imam
Abu Bakr ad-Dimyathi As-Syafii juga menegaskan:
أن النية
في القلب
لا باللفظ،
فتكلف اللفظ
أمر لا
يحتاج إليه
“Sesungguhnya
niat itu di hati bukan dengan diucapkan. Memaksakan diri dengan mengucapkan
niat, termasuk perbuatan yang tidak butuh dilakukan.”(I’anatut Thalibin, 1:65)
Imam
An-Nawawi mengatakan:
النية في
جميع العبادات
معتبرة بالقلب
ولا يكفي
فيها نطق
اللسان مع
غفلة القلب
ولا يشترط
“Niat
dalam semua ibadah yang dinilai adalah hati, dan tidak cukup dengan ucapan
lisan sementara hatinya tidak sadar. Dan tidak disyaratkan dilafalkan,…”
(Raudhah at-Thalibin, 1:84)
3.
Niat sebelum fajar
Dalilnya
adalah hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dari Hafshoh –istri Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam-, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ
يُجْمِعِ الصِّيَامَ
قَبْلَ الْفَجْرِ
فَلاَ صِيَامَ
لَهُ
“Barangsiapa
siapa yang tidak berniat sebelum fajar, maka puasanya tidak sah.”(HR. Abu Daud
no. 2454, Tirmidzi no. 730, dan Nasa’i no. 2333)
4.
Niat puasa dilakukan setiap hari
Niat
ini harus diperbaharui setiap harinya. Karena puasa setiap hari di bulan
Ramadhan masing-masing hari berdiri sendiri, tidak berkaitan satu dan lainnya,
dan tidak pula puasa di satu hari merusak puasa hari lainnya. Hal ini berbeda
dengan raka’at dalam shalat. (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah). Wallahu’alam.
Semoga
bermanfaat.