Medianda
– Sahabat medianda Jodoh manusia tidak ada yang tahu, dengan siapa kelak berjodoh
dan kapan jodoh itu datang.
“Apabila
seseorang yang agama dan perilakunya bisa kalian terima meminang putri kalian,
maka nikahkanlah dengannya. Jika kalian tidak melakukannya, maka akan menjadi
musibah di bumi dan kerusakan yang nyata.” (HR. Tirmidzi).
Demikian
hadist yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi sebagai peringatan bagi kaum
perempuan yang menolak lamaran.
Mengapa
lamaran begitu penting dibahas, sehingga Rasulullah sampai dengan tersurat
bersabda. Jelas saja, karena tanpa lamaran mustahil sebuah pernikahan bisa
dilangsungkan.
Sahabat
medianda lamaran adalah perbuatan serius yang dampaknya bisa berkepanjangan.
Akibat menolak lamaran seorang pria yang shaleh, bukan hanya dirasakan oleh
wanita penolak lamaran, tetapi juga oleh keluarga dan masyarakat sekitar.
Apalagi
jika seorang wanita menolak lamaran karena alasan yang tidak dibenarkan dalam
syariat Islam. Akibat buruk dan mengerikan atas tindakan itu, merupakan
peringatan tegas dari Nabi Muhammad SAW 14 abad silam.
Saat
ini fenomena penolakan lamaran sudah bukan perkara yang langka lagi. Kerap kita
mengetahui penolakan lamaran oleh sebagian kaum wanita dengan alasan ‘ekonomi.’
Bahkan
penolakan-penolakan tersebut sering didukung oleh orang tua si wanita atas nama
“Melindungi putri kesayangannya dari ketidakbahagiaan di kemudian hari.”
Ironis.
Orang
tua memang memiliki hak untuk mencarikan jodoh. Tapi jodoh yang dimaksud adalah
sosok yang shalih dan baik akhlaknya. Ia sama sekali bukan anjuran untuk
menolak seorang laki-laki baik-baik dan berniat sungguh-sungguh hanya karena
urusan fisik-duniawi semata.
Jalan
tengahnya, harus ada tindakan produktif dan bijak dari semua pihak; baik dari
wanita yang dilamar, orang tua atau wali, dan laki-laki pelamar.
Bagi
kaum laki-laki yang mengajukan lamaran, shalih dan giat beribadah memang utama.
Namun jangan jadikan hal tersebut sebagai alasan untuk bermalas diri untuk
memenuhi kebutuhan finansial, fisik, dan sebagainya. Bukankah setelah menikah
bukan cinta yang kita makan?
Bagi
wanita dan orang tua atau wali, hendaknya melakukan komunikasi secara intensif agar
penolakan yang bermaksud baik tidak membawa pada kehancuran, sakit hati sang
pelamar dan fitnah seperti yang telah disampaikan Rasulullah SAW.
Jika
memang seorang lelaki yang datang ke rumah untuk melamar memang masih
berpenghasilan seadanya atau bahkan belum mendapat pekerjaan, padahal ia shalih
dan baik akhlaknya, berlapang dadalah untuk membantunya. Sudah banyak kisah
seorang laki-laki yang belum bekerja, padahal ia sudah berupaya sungguh-sungguh,
justru mendapatkan banyak peluang dan pekerjaan yang mapan setelah menikah.
Percayalah,
dengan niat lurus untuk menikah, Allah SWT pasti akan memberikan bantuan dari
arah yang tak disangka-sangka. Wallahualam. []
Semoga
bermanfaat.
Sumber:Wajibbaca