Medianda
– Sahabat medianda Mungkin hal semacam ini pernah anda dengar dilingkungan
sekitar. Namun adakah kemungkinan terjadinya jodoh tertukar bila takdir tersebut
telah dituliskan 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi? Lalu
bagaimana jika seorang tak kunjung juga mendapatkan jodoh, bagaimana pula
dengan kasus perceraian yang bayak terjadi.
Seorang
muslim wajib meyakini bahwa semua takdir telah tertulis dalam lauh Mahfudz.
Takdir ini telah ditetapkan Allah sebelum penciptaan langit dan bumi.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan
menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah
Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus
bertawakal.” (QS. At Taubah: 51)
Tentang
takdir Azali ini, Rasulullah juga pernah bersabda, “Allah telah menetapkan
takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan
langit dan bumi.” (HR. Muslim). Itulah dasar keimanan pada takdir yang harus
diyakini sepenuhnya. Segala sesuatu telah tertulis di dalam Lauh Mahfudz,
termasuk jodoh.
Dijelaskan
Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin dalam Kitab Al-Qadha’ wal Qadar
bahwasanya takdir jodoh sama halnya dengan takdir rezeki. Keduanya ditulis
beserta dengan sebab-sebabnya. Dengannya manusia harus menempuh sebab-sebab
tersebut.
Takdir
rezeki tidaklah bertambah dan berkurang. Takdir tersebut dituliskan beserta
sebab-sebabnya yang mana sebagian sebab itu adalah hasil perbuatan manusia
dalam mencari rezeki. Misalnya, menyambung tali silaturahmi, sebagaimana dalam
hadits, “Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya,
maka hendaklah dia menyambung persaudaraan (sillaturrahim).”
Contoh
sebab lain yakni dengan bertakwa kepada Allah. Rabb Ar Rahman berfirman,
“Barang siapa bertaqwa, maka Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan
memberinya rezeki dengan tanpa disangka-sangka.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3). Maka
manusia melakukan kesalahan jika beranggapan bahwa rezeki telah tertulis dan
dibatasi, maka manusia tak perlu bersusah payah mencarinya.
Konsep
takdir rezeki ini juga terjadi pada takdir jodoh. Allah telah menetapkan jodoh
beserta sebab-sebabnya. Manusia semestinya mengambil jalan sebab-sebab untuk
meraihnya.
“Sebagaimana
rezeki telah tertulis dan ditakdirkan bersama sebab-sebabnya, maka jodoh juga
telah tertulis (beserta sebab-sebabnya). Masing-masing dari suami istri telah
tertulis untuk menjadi jodoh bagi yang lain. Bagi Allah tidak rahasia lagi
segala sesuatu, baik yang ada di bumi maupun di langit,” kata syekh dikutip
dari web Almanhaj.
Maka
jelaslah bagi kita tentang seorang yang menanti jodoh tak kunjung tiba.
Seseorang itu mungkin belum melakukan sebab-sebab yang menghantarkannya pada
takdir. Namun perlu diyakini pula bahwa Allah pula yang menakdirkan seseorang
memiliki kekuatan, mampu atau tidak mampu dalam menjalankan sebab-sebab
tersebut.
Kembali
ke keyakinan dasar bahwasanya segala sesuatu telah tertulis dalam Lauh Mahfudz.
Semua yang telah, sedang dan belum terjadi telah ditakdirkan oleh Allah Ta’ala.
Dengannya jelas pula bahwa tak mungkin jodoh tertukar karena semuanya telah
tertulis dalam Lauh Mahfudz.
Lalu
bagaimana jika ada perceraian atau seseorang muslimah berakhlak karimah
mendapatkan jodoh pria yang jelek akhlaknya? Maka mungkin itu termasuk dalam
takdir buruk. Maksud takdir buruk ini bukanlah takdir yang disifati buruk.
Ketahuilah, bahwasanya makna takdir buruk bukanlah demikian.
Takdir
yang disifati buruk maksudnya yakni bukan perbuatan Allah yang buruk, karena
Allah tak pernah melakukan sesuatu yang buruk di antara perbuatan-Nya. Semua
yang dilakukan Allah sarat akan kebaikan dan hikmah. Jadi takdir buruk
dimaksudkan pada sesuatu yang ditakdirkan. Semua perbuatan Allah itu baik,
meski terkadang hasilnya merupakan sesuatu yang tidak baik bagi manusia.
Ibarat
seorang yang diamputasi. Bagi pasien, pemotongan tubuhnya adalah hal yang
sangat buruk. Namun tindakan medis mengamputasi bukanlah sesuatu buruk
melainkan hal yang benar. Demikianlah permisalan memahami takdir buruk.
Oleh
karena itu, muslim wajib meyakini seluruh takdir, entah itu takdir yang menurut
kita baik ataupun buruk. Hal ini bahkan termasuk dalam rukun iman yang wajib
diyakini. Rasulullah bersabda, “Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga
dia beriman kepada qadar baik dan buruknya dari Allah, dan hingga yakin bahwa
apa yang menimpanya tidak akan luput darinya, serta apa yang luput darinya
tidak akan menimpanya.” (HR. At Tirmidzi).
Masih
kesulitan memahami takdir? Demikianlah memang pengetahuan akan takdir ini
sangat kompleks. Seorang muslim hanya bisa memahaminya dengan duduk bermajelis
ilmu. Pasalnya, cukup sulit memahami ilmu tentang qada dan qadar tanpa guru,
apalagi hanya berdasar tulisan singkat.
Kesimpulannya,
perihal jodoh, semuanya telah digariskan dan tak mungkin tertukar. Takdir ini
ditulis bersama sebab-sebabnya. Tugas kita hanyalah menjalankan sebab-sebab
tersebut agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti mendapatkan
jodoh yang buruk atau gagal mempertahankan pernikahan karena merasa tak cocok
dengan pasangan. Satu lagi, berdoa dan tawakal tak boleh terluput. Lalu
yakinlah, semuanya telah ditulis dan diatur oleh Allah dengan segala
hikmah-Nya.
Semoga
bermanfaat.