Medianda
– Sahabat medianda Semua pasangan tentu ingin rumah tangganya kelak menjadi
rumah tangga yang sakinah, namun perlu diingat dan diketahui bahwa rumah tangga
sakinah bukanlah yang terbebas dari ujian. Rumah tangga sakinah adalah yang
mampu menghadapi ujian bersama seraya berpegang teguh pada syariat-Nya.
Seorang
artis lawas yang kini telah paruh baya, pernah diundang di sebuah acara
talkshow di TV swasta nasional. Ia telah mengalami tiga kali pernikahan.
Pernikahan pertama dan kedua kandas di usia yang terbilang singkat, di mana
usia sang artis juga masih belia. Di ujung acara, sang artis meninggalkan pesan
yang membuat penonton terhenyak.
“Kalau
boleh menasihati, seandainya anak saya dalam pernikahannya mengeluhkan hal
seperti saya dulu, maka saya akan menasihatinya untuk bersabar dan tidak perlu
bercerai. Karena sebetulnya memang tak ada alasan untuk bercerai. Masalah itu
sebetulnya muncul dari diri saya sendiri.”
Hakikat Ujian dalam
Pernikahan
Sepanjang
perjalanan pernikahan yang tak mengenal batas, selama itu pula akan ada ujian
datang. “Tak ada rumah tangga yang tanpa ujian,” tegas pemerhati keluarga dan
konselor Jogja Family Center (JFC), Cahyadi Takariawan. Oleh sebab itu, menurut
Cahyadi, dalam Islam, ujian rumah tangga adalah keniscayaan dan tantangan yang
harus dihadapi semua orang.
“Adakalanya
ujian adalah sarana peningkatan kualitas,” ujar Cahyadi. "Misalnya, ketika
seorang istri menemui hal yang tidak menyenangkan dari suaminya, jangan mudah
untuk berpikir pisah atau cerai." Sebab, menurut Cahyadi, “Itu pertanda
lemahnya kesungguhan dalam menjaga keutuhan rumah tangga.”
Sahabat
medianda ujian juga harus dipandang sebagai rahmat dari Allah swt. Karena tak
ada manusia yang lepas dari dosa, maka Allah menetapkan salah satu cara
pembersihan dosa manusia dengan ujian-ujian yang diberikannya. Jika tak ada
ujian, manusia akan sulit bersyukur dan jarang terbersihkan dosanya.
“Tidak
ada satu musibah yang menimpa setiap Muslim, baik rasa capek, sakit, bingung,
sedih, gangguan orang lain, resah yang mendalam, sampai duri yang menancap di
badannya, kecuali Allah jadikan hal itu sebagai sebab pengampunan
dosa-dosanya,” (HR Bukhari).
Meski
tak selalu, ujian dalam pernikahan juga hadir sebagai bentuk teguran Allah swt
terhadap pelanggaran di masa terdahulu. “Saya sangat yakin bahwa kebahagiaan
itu adanya di dalam jiwa kita. Dan hanya Allah yang bisa memberikan rasa
bahagia itu. Maka semua proses sejak awal (niat dan caranya) harus selalu
memenuhi tuntunan-Nya,” papar Cahyadi.
Islam, Landasan dan
Solusi dalam Rumah Tangga
Islam
adalah landasan sekaligus solusi bagi berbagai persoalan, termasuk dalam rumah
tangga. Jika kita menjadikan Islam sebagai satu-satunya solusi dalam menghadapi
badai rumah tangga, maka di samping menuai pahala, juga menyelesaikan masalah
dan menguatkan cinta suami dan istri. Berikut cara Islami menyikapi ujian rumah
tangga:
Husnuzhan kepada Allah
Seperti
telah disinggung di atas, seyogianya ujian juga merupakan bentuk perhatian
Allah kepada hamba-Nya. Firman Allah, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu,
padahal ia amat buruk bagimu. Allah swt mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui,” (QS Al-Baqarah: 216).
Qana’ah dan bersabar
Sahabat
medianda ujian rumah tangga kadang datang berupa keterbatasan atau bahkan
keterpurukan ekonomi keluarga. Di sinilah sifat qana’ah (menerima apa adanya
dalam hal kebendaan atau duniawi) sangat dibutuhkan. Ia adalah rahasia
kebahagiaan, yang tidak menjadikan kesempitan duniawi sebagai sumber
percekcokan apalagi perceraian.
Hindari caci maki dan
kekerasan fisik
Konflik
juga bagian dari ujian rumah tangga. Rumah tangga tanpa konflik ibarat masakan
tanpa bumbu. Tapi jika bumbu terlalu banyak, masakan jadi tidak enak. Agar
konflik tak semakin memanas dan berkepanjangan, hindari caci maki dan kekerasan
fisik pada pasangan.
Cacian
dan makian, jelas Cahyadi, akan menimbulkan luka batin yang lebih menyakitkan
daripada kekerasan fisik, walau tidak mengucurkan darah. Meski begitu,
kekerasan fisik juga amat tercela. Tindakan kekerasan fisik yang dilakukan
dalam keadaan emosi akan sangat membahayakan keselamatan pasangan.
“Tidak
pantas dua orang yang berhimpun atas nama cinta, saling melukai dan mencaci.
Tidak patut hal tersebut dilakukan oleh manusia yang bertakwa,” Cahyadi
menegaskan.
Jangan menampakkan
konflik
Salah
satu dampak negatif media sosial adalah semakin mudahnya seseorang mengumbar
masalahnya di muka umum. Sedang kesal dengan suami, ditumpahkan di Twitter,facebook,instagram
dan lain sebagainya. Bahkan ada suami istri yang bertengkar dan saling melempar
cacian di Facebook. Mereka tidak peduli pada teman di jaringan mereka yang
menonton ‘pertunjukan’ tersebut.
Menurut
Cahyadi, konflik dengan pasangan semestinya dikelola di ruang privat sembari
mencari solusi bersama, bukan diumbar melalui jejaring sosial. Sudah semestinya
seseorang mempunyai rasa malu jika aibnya diumbar. Selain itu, menampakkan
konflik di muka umum, berpotensi memunculkan pihak ketiga yang berniat jahat
dan ingin memperkeruh masalah.
Jika
permasalahan atau ujian rumah tangga datang berulang, berdamailah dengan ujian
tersebut. “Karena dalam rumah tangga, setiap hari bertemu dengan orang yang
sama. Wajar jika persoalan yang ditemukan sering kali berulang,” jelas Cahyadi.
Terakhir, Cahyadi berpesan, “Salah satu ujian dalam rumah tangga adalah
mencintai orang yang sama dalam waktu lama.” Nah, tentu kita semua ingin lulus
dalam ujian tersebut bukan?
Semoga
bermanfaat.
Sumber: Ummi