Medianda
– Sahabat medianda Di era modern saat ini membuat gadget menjadi sebuah benda
yang tidak dapat terpisahkan. Bahkan, bagi anak-anak kecil sekali pun. Tidak
sedikit anak balita disekitar lingkungan kita yang sudah mahir pegang gadget,
dan ketagihan bermain gadget.
Ya,
dapat kita lihat saat ini, anak-anak kecil sibuk memainkan gadget mereka. Ini
memang tidak ada salahnya, jika dipergunakan sebagaimana mestinya. Namun,
pengalaman seorang ibu 3 anak ini pasti akan membuat kamu merasa ‘was-was’
ketika melepaskan buah hati memainkan gadget.
Bahkan
mungkin kamu tidak akan memberikannya lagi. Pengalaman nyata ini diposting oleh
akun Dina Rosyada di Facebook. Dan kini, postingan tersebut telah menjadi viral
dan sudah dibagikan lebih dari 9.000 kali.
Berikut
ceritanya yang dihimpun dari TribunnewsBogor.com, Rabu (1/2/2017) :
“Cerita
dibawah pengalaman teman ku sendiri ya”
*MARAH*
Rasanya
seperti terkena aliran listrik dari kaki, naik ke kepala, ke ubun-ubun,
kemudian meledak.
Saya
pulang dari UI Depok untuk keperluan mengambil toga dan undangan wisuda.
Catatan aplikasi HP saya saat itu mencatat saya sudah berjalan 6000 langkah
lebih dalam 6 jam.
Saya
dapati, dua anak yang besar besar sedang berbaring di rumah petakan kami yang
kecil. Salah satunya memegang HP, keduanya sedang menonton.
Saya
menyapa mereka, dan mereka terkaget-kaget mengetahui saya sudah pulang. Melihat
ekspresi mereka, saya menaruh curiga.
Saya
minta HP nya, dan saya lihat apa yang mereka tonton, dan saat itulah seperti
ada petir menggelegar di atas kepala.
“BUNDA
MARAH SEKALI. BUNDA…TIDAK…SUKA”
Patah-patah
saya mengatakannya. Dalam sepersekian detik, otak saya ini memutuskan dalam
ketergesaan dan hampir pecah, kata kata apa yang ingin saya ucapkan.
Filter,
Ummu, difilter Ada suara berbisikan di dalam kepala
Saya
menarik nafas,
“Bunda
kecewa sekali, kenapa Nak?” Sebenarnya itu pernyataan dan pertanyaan untuk diri
sendiri.
Sejurus
kemudian, si sulung saya menangis meraung-raung meminta maaf. Adiknya, hanya
memeluk kusen pintu, kepalanya menunduk namun matanya memandang saya, air
matanya sudah banjir membasahi pipi dan bajunya.
Dia
menangis, sangat ketakutan, tanpa suara. Tragis. Pilu Saya duduk lunglai. Kemudian
meneliti video yang berjudul memuakkan itu
‘Elsa
getting pregnant by spiderman’
Video
baru berjalan 4 menit, adegannya baru seputar elsa pergi sekolah, bertemu
beberapa teman lelaki dan muncul gambar love love. Saya lihat deretan video
yang terpampang pada laman yang sama. Tentu saja, laman itu menautkan video
porno lainnya.
Anak
sulung saya terus menangis histeris
“Maapin
aku… maapin aku… maapin aku” Tanpa jeda
Saya
menahan diri untuk menyebut mereka nakal, bandel, dan sejenisnya.
Banyak-banyak
beristighfar untuk mengendalikan situasi penuh kengerian ini. Saya peluk dahulu
si anak tengah, dia yang memangis sakit dalam diam, langsung mengeluarkan suara
sambil memeluk saya.
“Huhuhhuhu”
Kakaknya saya rangkul
“Iya
sayang, bunda maafkan, bunda juga minta maaf ya.”
Setelah
mereda, saya ajak bicara semuanya. Mereka bercerita, pada mulanya mereka main
game, kemudian muncul tautan untuk menonton video singkat, kemudian muncul
tautan lainnya, dan mereka menonton film kartun ‘Elsa’.
Mereka
juga menceritakan apa yang mereka lihat. Mereka belum sampai pada adegan panas
ketika saya pergoki. Saya jadi merasa terlalu berlebihan. Tapi tetap saja,
bagaimana jika mereka sudah melihatnya?
Akhirnya
saya pun menjelaskan kenapa saya harus marah, dan meminta maaf karena membuat
mereka takut.
“Aku
tau bunda marah karena sayang, tapi aku baru lihat bunda sebegitu marah. Aku
takut Bun.” Kata si anak tengah, saya mengusap punggungnya. Saya bertanya-tanya,
apakah saya dzalim? Apakah ini semua berlebihan ya Alloh?
#copas
dari grup wa
penulis
: ummu habibah”
Sebarkan
info ini ke teman-teman Anda!! (beritatagar)
Sahabat
medianda jangan terlalu bebas memberikan sang anak gadget, kejadian diatas bisa
dijadikan pembelajaran sangat berharga bagi para orangtua. Semoga bermanfaat.
Sumber:Tribunnews