Medianda – Sahabat media
Kematian akan menghadang setiap manusia. Proses tercabutnya nyawa manusia akan
diawali dengan detik-detik menegangkan lagi menyakitkan. Peristiwa ini dikenal
sebagai sakaratul maut.
Ibnu Abi Ad-Dunya
rahimahullah meriwayatkan dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
“Kematian adalah kengerian yang paling dahsyat di dunia dan akhirat bagi orang
yang beriman. Kematian lebih menyakitkan dari goresan gergaji, sayatan gunting,
panasnya air mendidih di bejana. Seandainya ada mayat yang dibangkitkan dan
menceritakan kepada penduduk dunia tentang sakitnya kematian, niscaya penghuni
dunia tidak akan nyaman dengan hidupnya dan tidak nyenyak dalam tidurnya”[2].
Jika Anda perhatikan,
orang yang sedang mengalami sakaratul maut biasanya menatap ke atas. Mengapa
demikian? Ternyata ada alasan yang melatarbelakanginya.
Saat kita melihat orang
yang sedang sakaratul maut, sering kali kita mendapati orang tersebut menatap
ke atas. Ada apakah?
Apabila orang beriman
meninggal, para malaikat turun dari langit kepadanya. Para malaikat yang datang
kepadanya berpakaian putih. Cerah, membawa kain kafan dan membawa minyak wangi
dari surga. Lantas para malaikat itu duduk di sekitar orang mukmin yang akan
meninggal.
Para malaikat duduk
mengelilingi orang beriman tadi sejauh mata memandang. Maka, perhatikan orang
yang akan meninggal dunia, apabila dalam keadaan sakit dia tidak melihat ke
kanan, atau ke kiri apalagi ke bawah. Tapi dia menatap ke atas, ke depan.
Karena pada dasarnya malaikat itu hadir. Ada.
Saat kita sedang
mengkondisikan orang yang sedang sakaratul maut, orang lain yang sedang nangis
entah pihak keluarga atau kerabat diminta untuk pergi menjauhi si sakaratul
maut tadi. Jangan mengganggu orang yang sakaratul maut. Orang yang terlalu
sedih jangan ngomong tentang kesedihan kecuali tentang kebaikan. “Duh ibu ini
susah meninggalnya,” misalnya seperti itu. Ini tidak diperbolehkan.
Rasulullah Saw pernah
berkata jangan bicara kecuali yang baik. Para malaikat itu mengaminkan apa yang
kalian katakan.
Orang yang sakaratul maut
sudah tidak ingin apa-apa. “Pak ini ada uang segepok.”
Si sakaratul maut itu
tidak akan gubris.
“Pak
baju ini buat bapak.”
Si sakaratul maut tadi
tidak melihat.
Benarlah itu tanda
sakaratul maut sebab dunia itu rasanya sudah hambar. Maka yang kita lakukan ialah
tenangkan, talkin. Ia melihat peristiwa besar, jangan paksakan untuk memahami
kita. “Ajarilah orang (menjelang/sesudah) wafat di antara kamu dengan kalimat “لا اله الا الله ”
(tidak ada tuhan kecuali Allah)”. (HR. Muslim).
Talkin di telinga si
sakaratul maut di telinga sebelah kanan. Dengan lembut, tidak usah buru-buru.
Berikan jeda waktu agar dia mencerna kalimat thayyibah yang kita sampaikan. Apabila
dia sudah mengucapkan Lailaha illallah, sudah, jangan diajak bicara lagi.
Jika setelah itu si
sakaratul maut tadi mengucapkan sesuatu, seperti “Air, haus, mau minum,” talkin
kembali sehingga ia mengucapkan kalimat Lailaha illallah sampai itu menjadi
kalimat terakhirnya. Mohon kepada Allah agar dicabut nyawa dalam keadaan baik.
Kembali, setelah para
malaikat duduk mengelilingi sang mukmin sepanjang mata memandang. Lalu,
datanglah Malaikat Maut duduk tidak jauh dari kepala sang mukmin. Malaikat Maut
bertutur, “Wahai jiwa yang tenang, keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaan-Nya.”
Kemudian, keluarlah jiwa
sang mukmin dari jasadnya layaknya keluarnya tetesan air dari bibir tempat air.
Kemudian Malaikat Maut
mengambilnya. Jika Malaikat Maut sudah mengambil ruhnya maka malaikat lainnya tidak
biarkan ruh itu berada di tangan Malaikat Maut sekejap mata pun hingga mereka
mengambilnya. Mereka meletakkannya ke kafan beserta wewangian dari surga tadi.
Ruh itu keluar dengan aroma yang wangi. Mereka membawanya naik ke atas. Setiap
kali mereka melewati para malaikat, mereka ditanya, “Siapakah ruh yang baik
ini?”
Malaikat-malaikat yang
membawa ruh itu mengatakan, “Ini ruh Fulan bin Fulan,” untuk menyebut panggilan
terbaiknya saat di dunia.
Hingga para malaikat
sampai ke langit. Mereka memohon agar pintu langit dibuka, maka dibukakanlah
bagi mereka lalu diiringi oleh para malaikat dari seluruh penjuru langit hingga
ke langit selanjutnya, hingga akhirnya ke langit yang ketujuh.
Baca juga 15 Tanda ajal sudah dekat
Lalu Allah Swt. berfirman, “Tulislah catatan amal hambaKu di ‘Illiyyin, serta kembalikan ia ke bumi sebab sesungguhnya Aku menciptakan mereka (manusia) dari bumi (tanah), kepadanya juga akan Kukembalikan, dan dari sana akan Kukeluarkan mereka pada waktu yang lain.”
Nah sahabat itu penjelasan
mengenai mengapa orang yang menghadapi sakaratul maut selalu menghadap atau
melihat ke atas. Semoga dengan artikel ini dapat menambah iman dan taqwa anda
semua dan semoga kita semua meninggal dalam keadaan khusnul khotimah dan semoga
bermanfaat.
Sumber: Bersamadakwah.net